Skip to main content

Axial Probe Setting

"Pengertian plus (+) dan minus (-) pada axial monitor menunjukkan arah normal/active dari pergerakan axial rotor pada saat rotor beroperasi normal. Biasanya pada axial monitor "JADUL" (jaman dulu) sering dicantumkan Normal atau Counter. Arah pergerakan Normal/active dari rotor tsb dapat ditemukan di manual equipment tsb. Karena rotor akan selalu berada di arah active, maka besaran axial yang diijinkan sampai +0.25 mm. kondisi tsb tentunya menyebabkan babit/white metal di thrust pad pada posisi active telah termakan sebanyak 0.16 mm dari kondisi awal (dengan data actual total float 0.18, +- 0.09). kenapa diijinkan bergerak sampai +0.25 mm? hal itu karena dengan bergerak sampai +0.25 mm tsb, clearance antara rotor dan stator sudah sampai titik terdekat yang diijinkan. Jika bergerak lebih dari +0.25 mm, rotor dan stator bisa bersentuhan (rubbing) dan hal ini tentu dapat menyebabkan catastrophic failure. Oleh karena itu axial monitor harus mengenerate trip signal ke equipment control system untuk menghentikan unit. Kenapa pada sisi in active/minus trip level di set hanya sampai -0.08?hal tsb disebabkan karena bila rotor bergerak kearah minus/counter maka dipastikan terjadi process problem seperti surge, stall, cavitations. Dimana problem tsb dapat mengakibatkan rotor bergerak reverse ke in active side. Nah bila pergerakan tsb sudah menyentuh -0.08, maka equipment harus trip untuk mencegah catastrophic failure juga. Karena pada saat running normal operation, rotor tidak boleh bergerak kearah counter terlalu jauh dari setengah dari total floatnya. Oleh karena itu jika kita melakukan inspection thrust pad saat overhaul, tebal babit in active biasanya masih dalam kondisi normal dan tanpa ada indikasi rubbing. Tidak seperti yang terdapat di thrust pad babit active side. Oleh karena itulah kenapa diaxial monitor tercantum minus dan plus. Bila verifikasi dari axial monitornya oleh instrument dilakukan dengan kaedah yang benar, maka pada saat equipment running normal penunjukan bar graph atau nilai pergerakan axialnya menuju kearah sisi plus/normal. Dan bila ditemukan bar braph nya bergerak kearah minus pada saat normal operation, dipastikan process problem sedang terjadi pada equipment tsb. Tetapi kebanyak axial monitor yang saya temukan, tidak memperhatikan maksud dari nilai plus dan minus tsb. Karena pada saat beroperasi normal tanpa ada process problem), bar graph sudah berada disisi minus/counter. Setelah saya cross check dengan instrument crew, ditemukan kalau setting/verifikasi toward to probe dan away from probe yang mereka lakukan terbalik."


Tanya - mundir


Dear All,

Mohon pecarahannya...
Saya mempunyai pompa Amine dengan settingan axial probe sbb:
alert : -0.05mm and +0.23mm.
trip : - 0.08mm and +0.25mm.
actual floting : 0.18mm.
Yang saya tanyakan:
1. Apa yang menjadi dasar pertimbangan settingan tersebut, kenapa setting probe antara pergerakan shaft inactive(-) and active (+) tidk sama?
2. Gimana caranya untuk menentukan shaft center (zero position)?


Tanggapan 1 - Rury Novrian


Pak Mundir,

1. pengertian plus (+) dan minus (-) pada axial monitor menunjukkan arah normal/active dari pergerakan axial rotor pada saat rotor beroperasi normal. Biasanya pada axial monitor "JADUL" (jaman dulu) sering dicantumkan Normal atau Counter. Arah pergerakan Normal/active dari rotor tsb dapat ditemukan di manual equipment tsb. Karena rotor akan selalu berada di arah active, maka besaran axial yang diijinkan sampai +0.25 mm. kondisi tsb tentunya menyebabkan babit/white metal di thrust pad pada posisi active telah termakan sebanyak 0.16 mm dari kondisi awal (dengan data actual total float 0.18, +- 0.09). kenapa diijinkan bergerak sampai +0.25 mm? hal itu karena dengan bergerak sampai +0.25 mm tsb, clearance antara rotor dan stator sudah sampai titik terdekat yang diijinkan. Jika bergerak lebih dari +0.25 mm, rotor dan stator bisa bersentuhan (rubbing) dan hal ini tentu dapat menyebabkan catastrophic failure. Oleh karena itu axial monitor harus mengenerate trip signal ke equipment control system untuk menghentikan unit. Kenapa pada sisi in active/minus trip level di set hanya sampai -0.08?hal tsb disebabkan karena bila rotor bergerak kearah minus/counter maka dipastikan terjadi process problem seperti surge, stall, cavitations. Dimana problem tsb dapat mengakibatkan rotor bergerak reverse ke in active side. Nah bila pergerakan tsb sudah menyentuh -0.08, maka equipment harus trip untuk mencegah catastrophic failure juga. Karena pada saat running normal operation, rotor tidak boleh bergerak kearah counter terlalu jauh dari setengah dari total floatnya. Oleh karena itu jika kita melakukan inspection thrust pad saat overhaul, tebal babit in active biasanya masih dalam kondisi normal dan tanpa ada indikasi rubbing. Tidak seperti yang terdapat di thrust pad babit active side. Oleh karena itulah kenapa diaxial monitor tercantum minus dan plus. Bila verifikasi dari axial monitornya oleh instrument dilakukan dengan kaedah yang benar, maka pada saat equipment running normal penunjukan bar graph atau nilai pergerakan axialnya menuju kearah sisi plus/normal. Dan bila ditemukan bar braph nya bergerak kearah minus pada saat normal operation, dipastikan process problem sedang terjadi pada equipment tsb. Tetapi kebanyak axial monitor yang saya temukan, tidak memperhatikan maksud dari nilai plus dan minus tsb. Karena pada saat beroperasi normal tanpa ada process problem), bar graph sudah berada disisi minus/counter. Setelah saya cross check dengan instrument crew, ditemukan kalau setting/verifikasi toward to probe dan away from probe yang mereka lakukan terbalik.

2. Cara menentukan zero position bisa dilakukan dengan 2 cara. Cara pertama dengan pengecekan mechanical total floating dengan bantuan magnetic dial dan dengan nilai totoal float tsb baru kemudian rotor dibawa ke posisi tengah dan kemudian axial probe kita install pada bracketnya dan di setting pada nilai gap -10 vdc. Cara pertama ini biasa disebut mechanical bump test.
Cara ke dua dilakuakn pengecekan axial total float dengan axial probe terpasang pada bracketnya. Dari data volt dc yang didapat pada saat pengecekan total float tsb kemudian dibagi dibagi 2 dan di hasilnya ditambah atau dikurangin dengan -10 vdc. Hasil data pengurangan tsb dapat digunakan oleh kita untuk menyetting axial probe sebanya volt dc yang di dapat dari hasil kalkulasi td walaupun rotor sudah mentok di posisi inactive ataupun active side. Cara kedua ini biasanya disebut electronic bump test.

Semoga membantu.


Tanggapan 2 - Mundir


Dear Pak Rury,

Terima kasih atas penjelasanya...
Kemarin kami telah selesai memasang axial probe dg zero position pada nilai gap -9.75 vdc.

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD BUKU: THE TRUTH IS OUT THERE KARYA CAHYO HARDO

  Buku ini adalah kumpulan kisah pengalaman seorang pekerja lapangan di bidang Migas Ditujukan untuk kawan-kawan para pekerja lapangan dan para sarjana teknik yang baru bertugas sebagai Insinyur Proses di lapangan. Pengantar Penulis Saya masih teringat ketika lulus dari jurusan Teknik Kimia dan langsung berhadapan dengan dunia nyata (pabrik minyak dan gas) dan tergagap-gagap dalam menghadapi problem di lapangan yang menuntut persyaratan dari seorang insinyur proses dalam memahami suatu permasalahan dengan cepat, dan terkadang butuh kecerdikan – yang sanggup menjembatani antara teori pendidikan tinggi dan dunia nyata (=dunia kerja). Semakin lama bekerja di front line operation – dalam hal troubleshooting – semakin memperkaya kita dalam memahami permasalahan-permasalahan proses berikutnya. Menurut hemat saya, masalah-masalah troubleshooting proses di lapangan seringkali adalah masalah yang sederhana, namun terkadang menjadi ruwet karena tidak tahu harus dari mana memulainya. Hal ters...

Leak Off Test

Prinsipnya LOT (leak off test) dilakukan untuk menentukan tekanan dimana formasi mulai rekah. Tujuannya: 1. Menentukan MASP (Max. Allowable Surface Pressure). Yaitu batasan max surface pressure yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 2. Dengan mengetahui MASP, berarti juga kita bisa mengetahui Max. mud weight yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 3. Menentukan Kick Tolerance. Yaitu maximum kick size yg masih bisa kita tolerir untuk dihandle. Parameter ini nantinya juga berperan untuk menentukan depth casing shoe yang aman dari sudut pandang well control issue. 4. Mengecek kualitas sealing antara cement dengan casing Tanya - BGP HSESupv. BGP.HSESupv@petrochina Dear all Saat masih di rig dulu saya sering mendengar istilah leak off test. dimana step2nya kira kira sebagai berikut 1. Cementing Job 2. TSK ,masuk string dan bor kurang lebih 3 meter dibawah shoe. 3. dilakukan ...

Shutdown System

Apa yang membedakan antara PSD dan ESD? Secara umum keduanya berfungsi "membawa" sistem pemroses ke "keadaan yang lebih aman". Namun secara spesifik PSD lebih ditujukan kepada sebab sebab Process Specific seperti: Overpressure di bagian hilir kompressor, temperatur tinggi di heater untuk fuel gas, level yang terlau rendah di slug catcher, dst. Sementara ESD lebih ditujukan untuk menanggulangi dampak dari suatu kejadian yang sudah terjadi: misalnya gas yang telah bocor, kebakaran kecil di technical room, kebocoran minyak di pipeline, dst. Kedua jenis shutdown ini dapat pula dipicu oleh spurious trip atau gagalnya sistem shutdown tanpa sebab sebab yang diketahui dengan jelas. lebih rendah levelnya dari PSD ialah USD, atau Unit shutdown. Perlu dicamkan penamaan bisa berbeda beda antar company, misalnya ada yang menyebutnya sebagai ESD1, ESD2, ESD3 dan seterusnya, ada yang menyebutkannya sebagai ESD, PSD, USD dan seterusnya. Tidak penting, yang penting pahami betul fi...