Skip to main content

Facility Integrity Management System

"HSE memang salah satu dari FIMS/AIMS, bahkan merupakan criticality tertinggi. Namun ada satu lagi drivernya yaitu Business criticality yg juga penting utk diperhitungkan. Sebenarnya di API RP2A sudah ada aturan utk melakukan regular inspection utk memastikan integrity dari offshore structure, yaitu di chapter 14.Ada 4 level inspection dengan interval waktu tertentu, yaitu:
- Level I survey for topside structure
- Level II survey for underwater general visual inspection with ROV
- Level III survey for underwater close visual inspection with Diver
- Level IV survey for underwater NDT with diver"


Tanya - Alex Kajuputra


Rekan2 Migas,
Mohon share information tentang oil and gas company di Indonesia yg  memperhatikan aspek "Facility Integrity Management System" dengan  tujuan mempertahankan reliability dari production asset.
Yang saya dengar belum banyak "kesadaran"  oil and gas company untuk melakukan "proactive" inspection terhadap  facilitynya....dan lebih ke  arah "reactive"...yang artinya maintenance akan dilakukan pada saat  ada kerusakan atau masalah pada equipment.
Setahu saya Exxonmobil salah satu company yg  memperhatikan betul  aspek FIMS ini dan melakukan routine inspection....atau  kira2 kayak "medical check up" utk manusia gitu.
Sering saya dengar "Reliability Dept" di oil n gas company itu ga terlalu besar dan terlihat hanya fomalitas semata. Karena  memang  dibutuhkan investment besar dalam pelaksanaan FIMS ini yg  hasilnya tidak dapat dilihat langsung (long investment).
Untuk Offshore structure, sudah ada draft API untuk "Structural Integrity Management System" namun belum resmi diterbitkan. Namun facility itu bukan hanya structure saja...banyak komponen2 equipment lain yg perlu diperhatikan.
Pak Gunawan rupanya Ex-Reliability engineer....barangkali bisa  cerita2 pengalaman selama ini. Dulu waktu sekantor dengan beliau sayasering lunch bareng sambil ngobrol banyak hal...tapingobrol santai2 aja....nggak urusan oil and gas...hehe...ternyata banyak pengalaman  beliau yg bisa menambah wawasan.


Tanggapan 1 - aabduh137


Dear Mr. Alex, and Rekan2 Migas.
Mohon ijin nimbrung,  FIMS yang bapak maksudkan mungkin mirip dengan AIMS (asset  integrity  management system). Untuk standarad penerapannya memang belum ada pendekatan yang umum terutama dari API untuk fasilitas produksi atau proses. Umumnya asset integrity management, spt dilakukan konsultan asset integrity adalah berkiblat pada QHSE. Ukuran keberasilan (key performance indikator) juga memakai indicator QHSE spt lost time injury, SCE failure, HC release,dll.
Rumusnya mungkin sbb:
AI = physical asset
AIMS = physcal asset + human resources + procurement + other management policies.
Lebih lanjut mengenai AIMS boleh link ke:
http://abduh137.wordpress.com/2008/05/04/aims/
Terima kasih, salam dan semoga sukses..


Tanggapan 2 - Alex Kajuputra


Pak Abduh,

Ya betul...itu sama dengan AIMS yg bapak sebutkan di bawah.
HSE memang salah satu dari FIMS/AIMS, bahkan merupakan criticality tertinggi. Namun ada satu lagi drivernya yaitu Business criticality yg juga penting utk diperhitungkan.

Sebenarnya di API RP2A sudah ada aturan utk melakukan regular inspection utk memastikan integrity dari offshore structure, yaitu di chapter 14.

Ada 4 level inspection dengan interval waktu tertentu, yaitu:
- Level I survey for topside structure
- Level II survey for underwater general visual inspection with ROV
- Level III survey for underwater close visual inspection with Diver
- Level IV survey for underwater NDT with diver

Chapter 14 ini akan diganti dengan "Recommended API Practice for Structural Integrity Management of Fixed Offshore Platforms (JIP)" yg sedang dalam development saat ini.

Untuk onshore structure saya belum menemukan reference atau regulation yg mengharuskan dilakukannya regular inspection. Mungkin utk onshore structure ada satu lagi driver FIMS yaitu "Security" khususnya utk daerah2 konflik seperti Nigeria, Aceh(?) dan Papua.

Expansion project pada onshore structure merupakan salah satu aspek penting yg dapat menyebabkan terjadinya damage pada structure, seperti deep excavation adjacent to existing structure, lifting of heavy equipment in crowded area, etc. Belum lagi faktor corrosion khususnya daerah marine dan offsite.

Demikian sekilas opini.

Comments

  1. Menurut pendapat saya, kalo berbicara mengenai AIMS/FIMS, cakupannya sangat luas dan sangat multidiscipline. Kita gak bisa berbicara dari segi 1 standard/specification. Biasanya bidang AIMS ini identik dengan maintenance dan technical safety. Itupun juga masih dipisahkan equipment ato asset apa yang ditinjau.

    Contohnya, kl utk rotating equipment umumnya lebih banyak mengacu pada metode RCM analysis. Di mana umumnya standard yang digunakan adalah SAE JA1011, ISO 14224, dll. Sementara utk static equipment (e.g. vessel, piping, structure), metode yang digunakan biasanya lebih mengacu pada RBI. Biasanya standard yang digunakan adalah API RP 580, API STD 653, DNV, dll. Sedangkan utk instrumentation/barrier management yang mana nantinya SCE identification akan dibahas, standard yang digunakan umumnya mengacu pada IEC 61508, IEC 61511 ato juga API RP 14C. And so on.

    Intinya keterkaitan dan parameters yang diterapkan sangatlah tergantung dari local regulation dan juga policy dari perusahaan yang bersangkutan.

    Saya setuju, bahwa bidang AIMS ini masih blom ramai dibicarakan, tapi saya melihat bahwa saat ini sudah mulai ada kesadaran dari beberapa instansi yang mulai utk memperhatikan. Sebagai contoh PLN sekarang sudah mulai sadar utk lebih mengembangkan AIMS. Setahu saya saat ini Dinas PU juga sedang mengkaji pendekatan AIMS utk memanage jembatan2 di Indonesia.

    Only my 2 cents.

    Salam,
    Maurina

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

DOWNLOAD BUKU: THE TRUTH IS OUT THERE KARYA CAHYO HARDO

  Buku ini adalah kumpulan kisah pengalaman seorang pekerja lapangan di bidang Migas Ditujukan untuk kawan-kawan para pekerja lapangan dan para sarjana teknik yang baru bertugas sebagai Insinyur Proses di lapangan. Pengantar Penulis Saya masih teringat ketika lulus dari jurusan Teknik Kimia dan langsung berhadapan dengan dunia nyata (pabrik minyak dan gas) dan tergagap-gagap dalam menghadapi problem di lapangan yang menuntut persyaratan dari seorang insinyur proses dalam memahami suatu permasalahan dengan cepat, dan terkadang butuh kecerdikan – yang sanggup menjembatani antara teori pendidikan tinggi dan dunia nyata (=dunia kerja). Semakin lama bekerja di front line operation – dalam hal troubleshooting – semakin memperkaya kita dalam memahami permasalahan-permasalahan proses berikutnya. Menurut hemat saya, masalah-masalah troubleshooting proses di lapangan seringkali adalah masalah yang sederhana, namun terkadang menjadi ruwet karena tidak tahu harus dari mana memulainya. Hal ters...

Leak Off Test

Prinsipnya LOT (leak off test) dilakukan untuk menentukan tekanan dimana formasi mulai rekah. Tujuannya: 1. Menentukan MASP (Max. Allowable Surface Pressure). Yaitu batasan max surface pressure yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 2. Dengan mengetahui MASP, berarti juga kita bisa mengetahui Max. mud weight yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 3. Menentukan Kick Tolerance. Yaitu maximum kick size yg masih bisa kita tolerir untuk dihandle. Parameter ini nantinya juga berperan untuk menentukan depth casing shoe yang aman dari sudut pandang well control issue. 4. Mengecek kualitas sealing antara cement dengan casing Tanya - BGP HSESupv. BGP.HSESupv@petrochina Dear all Saat masih di rig dulu saya sering mendengar istilah leak off test. dimana step2nya kira kira sebagai berikut 1. Cementing Job 2. TSK ,masuk string dan bor kurang lebih 3 meter dibawah shoe. 3. dilakukan ...

Shutdown System

Apa yang membedakan antara PSD dan ESD? Secara umum keduanya berfungsi "membawa" sistem pemroses ke "keadaan yang lebih aman". Namun secara spesifik PSD lebih ditujukan kepada sebab sebab Process Specific seperti: Overpressure di bagian hilir kompressor, temperatur tinggi di heater untuk fuel gas, level yang terlau rendah di slug catcher, dst. Sementara ESD lebih ditujukan untuk menanggulangi dampak dari suatu kejadian yang sudah terjadi: misalnya gas yang telah bocor, kebakaran kecil di technical room, kebocoran minyak di pipeline, dst. Kedua jenis shutdown ini dapat pula dipicu oleh spurious trip atau gagalnya sistem shutdown tanpa sebab sebab yang diketahui dengan jelas. lebih rendah levelnya dari PSD ialah USD, atau Unit shutdown. Perlu dicamkan penamaan bisa berbeda beda antar company, misalnya ada yang menyebutnya sebagai ESD1, ESD2, ESD3 dan seterusnya, ada yang menyebutkannya sebagai ESD, PSD, USD dan seterusnya. Tidak penting, yang penting pahami betul fi...