Skip to main content

Pile Tension Allowable

Di karenakan lattice column saya ada OH Crane dan bangunan berada di  dekat laut, transversal crane load dan wind load mengakibatkan tumpuan kolom berada dalam keadaan "tarik" (tension condition). Pondasi lagi di rencanakan menggunakan salah satu dari Spun Pile 300mm (bearing  capacity 73T) atau RC Pile 200mm (bearing capacity 45T), kondisi tanah  masih "baby" karena baru tahun lalu selesai reklamasi.
Adakah di antara rekan-rekan pengalaman terhadap design pile in  tension?, Berapa yaa tension allowable untuk dimensi pile diatas?
Saat ini saya masih "mengandai-andai", Kuat tarik beton hanya  menyumbang maksimum 10% dari kuat tekan rencana. Wire/strand/PC bar untuk prestress yieldnya mencapai 1500 Mpa, jumlahnya strand 6 berdiameter 7.4mm. Saya nggak punya referensi apakah pc bar ini boleh di jadikan starter bar untuk kondisi tarik. Apakah cut of pile mengakibatkan stressing loss pada pc bar? <--(nanya, soalnya nggak pernah belajar beton pra-tegang)
Mohon pencerahan rekan-rekan.


Tanya - "Jurie Sulistio Kumara"


Dear rekans,
Di karenakan lattice column saya ada OH Crane dan bangunan berada di  dekat laut, transversal crane load dan wind load mengakibatkan tumpuan kolom berada dalam keadaan "tarik" (tension condition). Pondasi lagi di rencanakan menggunakan salah satu dari Spun Pile 300mm (bearing  capacity 73T) atau RC Pile 200mm (bearing capacity 45T), kondisi tanah  masih "baby" karena baru tahun lalu selesai reklamasi.
Adakah di antara rekan-rekan pengalaman terhadap design pile in  tension?, Berapa yaa tension allowable untuk dimensi pile diatas?
Saat ini saya masih "mengandai-andai", Kuat tarik beton hanya  menyumbang maksimum 10% dari kuat tekan rencana. Wire/strand/PC bar untuk prestress yieldnya mencapai 1500 Mpa, jumlahnya strand 6 berdiameter 7.4mm. Saya nggak punya referensi apakah pc bar ini boleh di jadikan starter bar untuk kondisi tarik. Apakah cut of pile mengakibatkan stressing loss pada pc bar? <--(nanya, soalnya nggak pernah belajar beton pra-tegang)
Mohon pencerahan rekan-rekan.
Terima kasih,



Tanggapan 1 - Arif.Wibisono@ikpt


Mas Kumara,
Secara garis besar, desain pondasi (baik itu pondasi dangkal/shallow foundation ataupun pondasi dalam/pile foundation) dicheck terhadap dua  persyaratan limit state-nya yaitu:
1. terhadap kekuatan dari tanah
2. terhadap kekuatan dari pondasi itu sendiri
dari kedua kondisi diatas, maka dapat dilihat kondisi mana yang akan akan  menentukan.
Perhitungan kekuatan pondasi berdasarkan kekuatan tanah biasa disebut bearing capacity calculation. Untuk pondasi dangkal, biasanya kita pakai Terzaghi, atau teori-teori yang lain. Untuk pondasi pile, secara garis besar kapasitas pile ditentukan oleh end bearing capacity and skin friction capacity. Mas Kumara bisa lihat dibuku pondasi Bowles untuk  detail formula yang dipakai atau buku-buku pondasi yang lain. Data yang  digunakan bisa dari test sondir (CPT) atau N-SPT. Kapasitas tekan pile (compression capacity) merupakan penjumlahan dari end bearing cap. + skin friction cap. Sedangkan kapasitas tarik (tension  capacity) sama dengan skin friction cap. Perhitungan manual biasanya kita coba untuk berbagai ukuran pile versus kedalaman. Jadi dari hasil perhitungan, bisa kita lihat  alternatif-alternatif diameter pile dan kedalam pile (atau pajang pile)  yang dibutuhkan dan kita bisa study diameter pile dan panjang pile yang paling ekonomis (dari segi pembelian material dan biaya pemancangan/driving di lapangan nantinya). Mas Kumara juga bisa pakai software, kayak L-Pile, PILE, GROUP, SACS modul PSI/Pile atau pakai SAP2000 dengan memodelkan tanah sebagai non linear spring (p-y, q-z dan t-z) as per API RP2A. Kalau pakai SAC atau SAP, malah kita bisa langsung soil-structure interaction, dimana kita bisa langsung melakukan interaction dalam satu langkah untuk desain struktur dan pondasinya.
Sedangkan kekuatan dari bahan pile juga perlu ditinjau. Untuk spun pile  atau prestressed concrete pile, mas Kumara bisa lihat dibrosur yang biasa  dikeluarin produsen pile. Untuk pile dari steel, biasanya kita check kekuatan berdasarkan perilakunya dari pile, apakah dia dominan tekan  (compression member), dominan tarik (tension member), dominan moment  (beam) atau kombinasi tekan-moment atau tarik moment (beam-colum theory)
Mudah-mudahan membantu, cmiiw



Tanggapan 2 - Aleksander Poerba

Mas Kumara,
melihat kondisi tanah dan pembenanan seperti dijelaskan diatas, kemungkinan besar tanahnya akan runtuh terlbih dahulu dibanding pile-nya. Artinya, sebelum kapasitas pile tercapai, tanahnya sudah runtuh.

Jadi, yg akan menentukan adalah bearing capacity pile saat beban tarik bekerja, yg akan didukung oleh skin friction capacity. perlu diketahui terlebih dahulu properties tanahnya, terutama dibagian atas yg merupakan lapisan hasil reklamasi. bisa didapatkan dengan cepat-mudah-murah dengan CPT test.

Comments

  1. Dear Pak Kumara,

    Berdasarkan Publikasi FHWA-SA-91-048 mengenai Laterally Loaded Pile by Wang and Reese (1993). DImana Lateral force (P) merupakan fungsi differensiasi dari defleksi dan gaya axial yg menyebabkan defleksi serta soil reaction per unit length dari pile tsb.
    Dari fungsi tsb akan didapat grafik hubungan antara defleksi dan beban lateral yg terjadi.
    Untuk kasus diatas ada baiknya di set terlebih dahulu berapa defleksi yg diinginkan, maka dari grafik tadi akan didapat beban lateral yg terjadi. Kemudian diturunkan kembali lewat persamaan Momen-Beban lateral didapat Bending Moment yg terjadi pada saat defleksi(also P,Lateral load) tersebut.
    Bending Moment tsb harus dibandingkan dengan mechanical properties dari tiang pancang tersebut (biasanya ada di brosur/catalognya). Mohon di cek Cracking Bending Moment yg diijinkan terjadi pada tiang tersebut.
    Jika Cracking Bending Moment(dari catalog) < Bending moment yg didapat dari grafik dan persamaan diatas, maka dimensi tiang pancang tidak mencukupi untuk menahan defleksi yg disyaratkan, solusinya memperbesar dimensi tiang pancang tersebut.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

DOWNLOAD BUKU: THE TRUTH IS OUT THERE KARYA CAHYO HARDO

  Buku ini adalah kumpulan kisah pengalaman seorang pekerja lapangan di bidang Migas Ditujukan untuk kawan-kawan para pekerja lapangan dan para sarjana teknik yang baru bertugas sebagai Insinyur Proses di lapangan. Pengantar Penulis Saya masih teringat ketika lulus dari jurusan Teknik Kimia dan langsung berhadapan dengan dunia nyata (pabrik minyak dan gas) dan tergagap-gagap dalam menghadapi problem di lapangan yang menuntut persyaratan dari seorang insinyur proses dalam memahami suatu permasalahan dengan cepat, dan terkadang butuh kecerdikan – yang sanggup menjembatani antara teori pendidikan tinggi dan dunia nyata (=dunia kerja). Semakin lama bekerja di front line operation – dalam hal troubleshooting – semakin memperkaya kita dalam memahami permasalahan-permasalahan proses berikutnya. Menurut hemat saya, masalah-masalah troubleshooting proses di lapangan seringkali adalah masalah yang sederhana, namun terkadang menjadi ruwet karena tidak tahu harus dari mana memulainya. Hal ters...

Leak Off Test

Prinsipnya LOT (leak off test) dilakukan untuk menentukan tekanan dimana formasi mulai rekah. Tujuannya: 1. Menentukan MASP (Max. Allowable Surface Pressure). Yaitu batasan max surface pressure yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 2. Dengan mengetahui MASP, berarti juga kita bisa mengetahui Max. mud weight yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 3. Menentukan Kick Tolerance. Yaitu maximum kick size yg masih bisa kita tolerir untuk dihandle. Parameter ini nantinya juga berperan untuk menentukan depth casing shoe yang aman dari sudut pandang well control issue. 4. Mengecek kualitas sealing antara cement dengan casing Tanya - BGP HSESupv. BGP.HSESupv@petrochina Dear all Saat masih di rig dulu saya sering mendengar istilah leak off test. dimana step2nya kira kira sebagai berikut 1. Cementing Job 2. TSK ,masuk string dan bor kurang lebih 3 meter dibawah shoe. 3. dilakukan ...

Shutdown System

Apa yang membedakan antara PSD dan ESD? Secara umum keduanya berfungsi "membawa" sistem pemroses ke "keadaan yang lebih aman". Namun secara spesifik PSD lebih ditujukan kepada sebab sebab Process Specific seperti: Overpressure di bagian hilir kompressor, temperatur tinggi di heater untuk fuel gas, level yang terlau rendah di slug catcher, dst. Sementara ESD lebih ditujukan untuk menanggulangi dampak dari suatu kejadian yang sudah terjadi: misalnya gas yang telah bocor, kebakaran kecil di technical room, kebocoran minyak di pipeline, dst. Kedua jenis shutdown ini dapat pula dipicu oleh spurious trip atau gagalnya sistem shutdown tanpa sebab sebab yang diketahui dengan jelas. lebih rendah levelnya dari PSD ialah USD, atau Unit shutdown. Perlu dicamkan penamaan bisa berbeda beda antar company, misalnya ada yang menyebutnya sebagai ESD1, ESD2, ESD3 dan seterusnya, ada yang menyebutkannya sebagai ESD, PSD, USD dan seterusnya. Tidak penting, yang penting pahami betul fi...