Skip to main content

Piping Material Class

Kita Butuh P&ID untuk mengdentifikasi line class apa saja yang dibutuhkan untuk dibuat. Pada saat yang bersamaan juga biasanya line list sedang disusun. Dari hasil identifikasi line class baru kemudian dibangun material specification yang umumnya isinya terkategorisasi berdasarkan ratingnya, 150#, 300# dsb...dan tiap rating masih terstruktur lagi ke dalam berbagai material CS, SS, Duplex, Cu-Ni, GRP dsb.


Tanya - donald silalahi


Dear milis...
Mohon pencerahan dari rekan2x yang pernah involve dalam pembuatan "piping material class" bidang refinery atau power plant untuk  share bagaimana tahap pembuatannya.


Tanggapan - Budhi, Swastioko (Singgar Mulia)


Saya forward jawaban dari Moderator KBK Piping Milis Migas Indonesia Mas Teddy. Adakah anggota milis yang tertarik dan mempunyai kompetensi untuk menjadi moderator KBK Piping, masih tersedia 2 slot lagi nih. Mohon kirimkan CV anda ke migas_indonesia-owner@yahoogroups.com.


--
Pak Donald,

Seperti biasa bapak butuh P&ID untuk mengdentifikasi line class apa saja yang dibutuhkan untuk dibuat. Pada saat yang bersamaan juga biasanya line list sedang disusun. Dari hasil identifikasi line class baru kemudian dibangun material specification yang umumnya isinya terkategorisasi berdasarkan ratingnya, 150#, 300# dsb...dan tiap rating masih terstruktur lagi ke dalam berbagai material CS, SS, Duplex, Cu-Ni, GRP dsb.

Jadi intinya:

1. Dari P&ID atau line list, kumpulkan rating class yang dibutuhkan. Biasanya P&ID sudah mencerminkan simbolisasi/legend dari piping class, misalnya 8"-PF-A10-1"-HC....dapat dicek di line numbering procedure (tiap company berbeda-beda), dalam hal ini A10 adalah nama class, A berarti line nya be-rating 150#, bermaterial CS dengan CA 1.5mm.

2. Setelah diketahui penggolongan line class nya, untuk setiap line class, berdasarkan material nya kita hitung nominal pipe wall thickness berdasarkan kode relevan yang applicable untuk proyek tersebut, per say, B31.3 misalnya. Nominal wall thickness ini sudah dalam bahasa Schedule. Wall thickness untuk setiap class di hitung terhadap keseluruhan range diameter pipa, dari 1/2"-24" umumnya.

3. Untuk setiap line class, berdasarkan base materialnya (counter check dengan Material Flow Diagram kadang kala diperlukan), kita melakukan pairing untuk material pipa, fittings, flange, bolts, gasket, Misal, base material CS, setelah menghitung wall thickness terhadap kebutuhannya, dipilih pipa bermaterial A-106B (Seamless dari 1/2"-16") dan API 5L Gr. B (SAW untuk 18"-24"), fitting A105 3000# SW dari untuk diameter 1/2"- 1 1/2", A-234 Gr. WPB BW untuk 2"-24", flange RF SW 150# A-105 untuk 1/2 - 1 1/2", dan RF WN 150# A 105 untuk 2-24", Gasket Spiral wound 0.175" thickness, per ASME B16.20, bolt and nuts A320 Gr. L7 -A194 Gr.4 S3.

4. Jangan lupa untuk selalu menuliskan range kerja dari si class tersebut, misalnya pipa nya dirancang full rating maka dituliskan: 285 psig @ 100 deg F, 260 psig @ 200 deg F, 230 psig @ 300 deg F. Ini berarti line class tersebut hanya mencover range temperature 100 -300 deg F.

5. Jangan lupa juga untuk menuliskan, fluid service apa saja yang bias memakai line class yang bersangkutan (hasil dari identifikasi point 1),  misal PF, DC, dsb.

6. Branching type berdasarkan diameter, ditentukan misalnya run 24" branch 18" dipakai Reducing tee, dsb.

7. Jika valve material specification sudah ada, di piping class disebutkan untuk masing2 tipe valve, valve nomor berapa saja dari valve material specification yang applicable di suatu piping class. Jika belum ada, disebutkan saja generic specnya di dalam setiap piping class, misalnya ball valve berbody CS, trim 316 SS, floating type (1/2-1 1/2"), reduced port, dst.

Setelah semua informasi di atas lengkap, tinggal dipilih bagaimana bentuk penyajian yang disukai, umumnya spec berbentuk tabulasi hanya memakan space 1 halaman kertas berukuran !4, tapi ada juga yang suka mendetail (cenderung repetitif) sehingga di satu class memakan berlembar-lembar halaman.

demikian saja dari saya, mudah-mudahan membantu.


Comments

  1. Dear All
    Salam kenal
    Saya seorang newbie didunia perpipaan, jadi mohon petunjuknya.
    Saya mau minta pendapat bapak" semua, bagaimana kalo untuk fluida Cryogenik? material apakah yang cocok? Fluida ini memiliki suhu -178°C. Terima Kasih atas Sarannya.

    ReplyDelete
  2. berbicara masalah piping material class tentunya banyak sekali pertimbangan yang harus kita ketahui terlebih dahulu mengenai sistem yg akan dibangun. biasanya piping matrial class merupakan suatu reqiremnents yang dibuat oleh client, terlebih ada juga yg sudah disediakan oleh perusaan EPC sbg pihak kontraktor. pertimbangan2 tersebut meliputi :
    1. pressure
    tekanan suatu sistem sangat penting pastinya. ini dikarenakan kit nantinya harus memilih class rating yang tepat. apakah sistem perpipaan yang kita gunakan nantinya menggunakan class 150#, 300#, 600# dll. dalam memilih pipa untuk tekanan tinggi biasanya kita bisa menggunakan CS A53 Gr.B. sebenarnya itu sudah cukup untuk mengkover tekanan hingga seperti yang link berikut http://www.engineeringtoolbox.com/astm-steel-pipes-working-pressure-d_775.html.
    selain A53, ada juga A106 pipe. klasifikasi pipa yang akan kita gunakan tentunya harus sama dr segi tekanan, matrial dll. untuk pipe fitting, valve kita bisa menggunakan matrial sejenis tetapi dengan type AXXX yang berbeda (khusus untuk pipe fitting, components, and flanges)
    untuk lebih jelasnya bisa dibaca di Norsok M630.

    2. Temperature service
    3. Fluid service
    4. monggo bisa email ke saya
    p.a.firliyanto@gmail.com

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

DOWNLOAD BUKU: THE TRUTH IS OUT THERE KARYA CAHYO HARDO

  Buku ini adalah kumpulan kisah pengalaman seorang pekerja lapangan di bidang Migas Ditujukan untuk kawan-kawan para pekerja lapangan dan para sarjana teknik yang baru bertugas sebagai Insinyur Proses di lapangan. Pengantar Penulis Saya masih teringat ketika lulus dari jurusan Teknik Kimia dan langsung berhadapan dengan dunia nyata (pabrik minyak dan gas) dan tergagap-gagap dalam menghadapi problem di lapangan yang menuntut persyaratan dari seorang insinyur proses dalam memahami suatu permasalahan dengan cepat, dan terkadang butuh kecerdikan – yang sanggup menjembatani antara teori pendidikan tinggi dan dunia nyata (=dunia kerja). Semakin lama bekerja di front line operation – dalam hal troubleshooting – semakin memperkaya kita dalam memahami permasalahan-permasalahan proses berikutnya. Menurut hemat saya, masalah-masalah troubleshooting proses di lapangan seringkali adalah masalah yang sederhana, namun terkadang menjadi ruwet karena tidak tahu harus dari mana memulainya. Hal ters...

Leak Off Test

Prinsipnya LOT (leak off test) dilakukan untuk menentukan tekanan dimana formasi mulai rekah. Tujuannya: 1. Menentukan MASP (Max. Allowable Surface Pressure). Yaitu batasan max surface pressure yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 2. Dengan mengetahui MASP, berarti juga kita bisa mengetahui Max. mud weight yg boleh kita terapkan selama drilling operation, tanpa mengakibatkan formasi rekah (fracture). 3. Menentukan Kick Tolerance. Yaitu maximum kick size yg masih bisa kita tolerir untuk dihandle. Parameter ini nantinya juga berperan untuk menentukan depth casing shoe yang aman dari sudut pandang well control issue. 4. Mengecek kualitas sealing antara cement dengan casing Tanya - BGP HSESupv. BGP.HSESupv@petrochina Dear all Saat masih di rig dulu saya sering mendengar istilah leak off test. dimana step2nya kira kira sebagai berikut 1. Cementing Job 2. TSK ,masuk string dan bor kurang lebih 3 meter dibawah shoe. 3. dilakukan ...

Shutdown System

Apa yang membedakan antara PSD dan ESD? Secara umum keduanya berfungsi "membawa" sistem pemroses ke "keadaan yang lebih aman". Namun secara spesifik PSD lebih ditujukan kepada sebab sebab Process Specific seperti: Overpressure di bagian hilir kompressor, temperatur tinggi di heater untuk fuel gas, level yang terlau rendah di slug catcher, dst. Sementara ESD lebih ditujukan untuk menanggulangi dampak dari suatu kejadian yang sudah terjadi: misalnya gas yang telah bocor, kebakaran kecil di technical room, kebocoran minyak di pipeline, dst. Kedua jenis shutdown ini dapat pula dipicu oleh spurious trip atau gagalnya sistem shutdown tanpa sebab sebab yang diketahui dengan jelas. lebih rendah levelnya dari PSD ialah USD, atau Unit shutdown. Perlu dicamkan penamaan bisa berbeda beda antar company, misalnya ada yang menyebutnya sebagai ESD1, ESD2, ESD3 dan seterusnya, ada yang menyebutkannya sebagai ESD, PSD, USD dan seterusnya. Tidak penting, yang penting pahami betul fi...