Pembangkit listrik dari solar panel mempunyai batas tegangan (listrik) atas yang disebut tegangan rangkaian terbuka (Open circuit voltage).
Arus listrik (atas) juga dibatasi oleh arus hubung singkat (Short circuit current).
Tanya - Irfan
Dear Bapak/Ibu,
Beberapa tahun terakhir ini, kami mulai menggunakan solar panel sebagai energi alternatif yg di combine dengan genset, sebelumnya kami hanya menggunakan full genset tapi mengingat bahan bakar solarnya cukup mahal serta pendistribusian ke site-nya cukup memakan waktu lama maka kami mencoba menggunakan solar panel hybrid dgn genset. selain solar panel+genset kami juga menggunakan baterai (gel type)sebagai backup powernya. Yang menjadi pertanyaan kami, mengapa pada penggunaan solar panel biasanya menggunakan dummy load untuk menghindari overcharge pada baterai sedangkan pengalaman kami menggunakan full genset (plus rectifier), kami tidak perlu menggunakan dummy load meskipun baterainya sudah penuh di charge.
Tanggapan 1 - Aman Mostavan@tf.itb
Dengan hormat,
Mohon maaf, bila jawaban ini bukan dari seorang pakar.
Saya yakin sudah diketahui, bahwa pembangkit listrik dari solar panel mempunyai batas tegangan (listrik) atas yang disebut tegangan rangkaian terbuka (Open circuit voltage).
Arus listrik (atas) juga dibatasi oleh arus hubung singkat (Short circuit current).
Tanggapan 2 - heroesge
Pak Budhi,
Solar power di tempat saya malah ditidak pakai Dummy Load.
Masalah overcharge di handle oleh Solar Regulator, bila battere sudah penuh maka regulator akan memutuskan hubungan ke battere ke solar module.
Mungkin ada yang perlu diluruskan, bahwa battery itu adalah sumber tenaga utama untuk bebanya (load) sedangkan solar panel/module nya sendiri hanya sebagai "charger" untuk battere.
Daya sebuah solar module/panel bermacam, mulai dari 10W hingga 200+W per panelnya. Untuk jumlahnya tergantung dari berapa besar daya battery yang harus di "charge" dan mau berapa cepat baterre tersebut di charge.
Hubungannya antar panel bisa seri+paralell. Seri untuk mendapatkan tegangan "system" dan diparallel untuk mendapatkan daya "charge". Sebagai contoh bila sebuah solar panel mengahasilkan tegangan (rata2x) 12 volt dengan daya 200W. Maka bila system kita bekerja di 24V dengan kebutuhan daya charge 1000W maka kita series 2x panel (=24V) dan kita paralell 5x (matrix 2x5).
Biasanya battere khusus untuk solar power application tegangannhyay sekitar 1.6-2V (per battere).
Tanggapan 3 - antonwitono jwitono
Agak ketinggalan mengikuti perkembangan Solar Panel di Indonesia.
Apakah sudah ada Solar Panel yang bisa digunakan untuk menggantikan suplai listrik dari PLN di rumah secara perorangan?? Apakah nilai investasinya layak secara ekonomis??
Apakah penggunaan Solar Panel untuk di perumahan ini tidak menyalahi regulasi kelistrikan??
Mohon pencerahannya.
Tanggapan 4 - Aman Mostavan@tf.itb
Dengan hormat,
Turut menanggapi walaupun agak ketinggalan mengikuti perkembangan Solar Panel.
antonwitono wrote:
> Agak ketinggalan mengikuti perkembangan Solar Panel di Indonesia. Apakah sudah ada Solar Panel yang bisa digunakan untuk menggantikan suplai listrik dari PLN di rumah secara perorangan?? Apakah nilai investasinya layak secara ekonomis??
Berbicara mengenai rumah perorangan, tergantung berapa keperluan daya dan keperluan energinya. Ketika PLTS diresmikan, ada yang hanya terdiri dari satu modul berkapasitas 35 Wattpeak. Satu hari hanya memperoleh sekitar 120 Wh saja. Kemudian ada yang memakai dua, tiga atau empat modul yang masing-masingnya 50 Wp, sehingga dapat mencapai 800 Wh satu hari. Ketika Telkom memasang untuk kebutuhannya, dapat mencapai 7 kWp. Pemasangan di Mekarjaya, Lombok, mencapai 70 kWp. Malah di USA dan Spanyol sampai satu Megawatt.
> Apakah penggunaan Solar Panel untuk di perumahan ini tidak menyalahi regulasi kelistrikan??
Secara jurisprudensi saya kira tidak, karena pernah diresmikan oleh Presiden uharto yang didampingi MenRistek Dr.Ing Habibie. Berbicara mengenai hukum dan peraturan di PLN. Saya tidak tahu. Mohon pencerahan dari fihak PLN.
Mohon pencerahannya.
Di Jerman, Jepang sudah dipasang secara komersial di atap perumahan.
Di Kuala Lumpur terpasang 15 kWp di kampus Universitas.
Di kantor BPPT di Jakarta, terpasang 10 kWp.
Tanggapan 5 - Budi adik.setiawan@singgar-mulia
ikut sumbang pengalaman waktu masih terlibat dgn solar panel..
antonwitono wrote:
> Agak ketinggalan mengikuti perkembangan Solar Panel di Indonesia.
Apakah sudah ada Solar Panel yang bisa digunakan untuk menggantikan suplai listrik dari PLN di rumah secara perorangan?? Apakah nilai investasinya layak secara ekonomis??
solar panel telah menggantikan supply pln di daerah-daerah remote, sudah lumayan banyak. palu, bangka belitung, lampung, maluku, irian, kalimatan, gorontalo, dan lain-lain..sudah lumayan banyak. baik itu dipasang oleh pln sendiri, pemda, atau department kelautan :)
bahkan beberapa daerah remote sudah mengkombinasikannya dgn diesel (hybrid system), hybrid system ini cukup efektif mengingat fluktuasi pemakaian beban antara siang dan malam yang significant.
kl bicara layak secara "ekonomis", mau dihitung pake rumus unik juga keliatannya tidak ekonomis, karena harga solar panel yang masih cukup mahal ( sekitar 2jt an per 50Wp), yang hitungan kasarnya hanya menghasilkan 200Wph. sehari).
hanya pertimbangan lain yang menjadikan panel surya ini favorit di daerah remote di Indonesia adalah aspek sosial, efek dari adanya penerangan atau listrik di daerah tersebut.sebagai gambaran aja nih, di gorontalo dulu pernah pasang plt- hybrid, di pulau xx.. masyarakat di sana bayar per kWH nya Rp 2500 dgn sistem prabayar. mereka bisa bikin es batu, anak2 malem2 gak pake lentera lagi..
> Apakah penggunaan Solar Panel untuk di perumahan ini tidak menyalahi regulasi kelistrikan??
gak tau... tapi harusnya gak. la wong dah berpuluh2 terpasang oleh pemda, dept. kelautan...bahkan pln di beberapa daerah pun menggunakan jasa solar panel ini.
sayangnya kecil kemungkinan ada investor mau ikut sumbangsih pemasangan solar cell untuk daerah2 remote, karena nilai investasinya yang gak ekonomis :(
Sebenarnya Solar Panel sangatlah efektif apalagi untuk negara seperti Indonesia yang sepanjang tahun panas terus. Tetapi harusnya Solar panel itu sendiri harus digabungkan dengan produk yang hemat energi juga. Akan sangat tidak ada gunanya apabila menggunakan Solar Cell tetapi untuk menyalakan peralatan elektronik yang konvensional.
ReplyDeleteUntuk Solar Panel sendiri, di Jakarta mungkin agak sulit karena tingkat polusinya yang tinggi menutupi sinar matahari sehingga tidak maksimal hasilnya.
Terima kasih. \
www.tridinamika.co.id