Pada dasarnya yang paling utama steam turbine dibagi menjadi 2 menurut exhaust steamnya yaitu condensing dan non-condensing.
Condensing turbine adalah jika uap dari turbine keluar menuju tekanan vakum ( +/- 0.08bar) pada condenser untuk dirubah fasanya kembali menjadi air.
Tanya - Kelik Virgiantoro
Dear rekan,
Saya pernah membaca bahwa Steam Turbine dibagi menjadi 3: Condensing Turbine, Extraction Turbine, dan Back pressure turbine, dan ada satu lagi Extraction- Condensing Turbine, pertanyaan saya:
1. Jenis yang mana yang paling banyak dipakai di Indonesia?
2. Steam Turbine yang akan digunakan di proyek tempat saya bekerja mempunyai extraction valve, apakah berarti jenisnya adalah extraction-condensing turbine? Name plate yang ada menyebutkan jenisnya adl Condensing Turbine.
Mohon pencerahannya
Tanggapan 1 - Zulvan Adi Putra
Mas Kelik,
Biasanya dari PID atau block diagram unit steam turbine itu sendiri kita bisa baca bagaimana cara steam turbine itu bekerja. Sepemahaman saya begini:
a. jika steam tersebut dikondensasikan setelah dari turbine, maka namanya condensing steam turbine. Ini biasanya banyak dipakai di pembangkit listrik. Tolong koreksi klo saya salah utk kasus di Indonesia.
b. jika steam tersebut tidak dikondensasikan, melainkan diturunkan ke tekanan yg lbh rendah (bisa ke bbrp tekanan yg lbh rendah) utk dipergunakan lbh lanjut, maka namanya non condensing steam turbine atau disebut jg sbg back pressure turbine. Meskipun saya gak terlalu mengerti kenapa namanya bisa jg back-pressure turbine :D. Sesuai dgn apa yg dihasilkannya, yakni electricity dan steam at lower pressure, unit spt ini digunakan di industri sbg CHP (combined heat and power).
c. jika sebagian dari steam tsb (stlh menggerakkan turbine tentunya) dikondensasikan dan sebagian lainnya diambil sbg lower pressure steam, namanya adalah extracting-condensing turbine. Condensing karena mmg ada yg dikondensasikan. Extracting karena ada lower pressure steam yg diekstrak (diambil) dari sistem tsb.
Klo di kasus Mas Kelik, jika ada extraction valve, berarti kita bisa mengambil steam pada tekanan yg lbh rendah dari sistem tsb. Dan jika kita tidak mau mengambilnya, seluruh steam akhirnya akan dikondensasikan. Mungkin itu kenapa plate nya menyatakan sbg condensing turbine.
Ada baiknya jg ditanyakan ke vendor yg bersangkutan utk lebih detail :)
Tanggapan 2 - Oktaviandita Sulstiyono
Dear Pak Kelik,
Hanya menambahkan ulasan dari pak zulfan, pada dasarnya yang paling utama steam turbine dibagi menjadi 2 menurut exhaust steamnya yaitu condensing dan non-condensing.
Condensing turbine adalah jika uap dari turbine keluar menuju tekanan vakum ( +/- 0.08bar) pada condenser untuk dirubah fasanya kembali menjadi air.
Non-condensing turbine jika uap dari turbine dimanfaatkan untuk suatu proses tertentu semisal didalam pabrik kertas untuk pemanas, namun tekanannya tidak tidak sampai vakum seperti condensing turbine istilahnya CHP seperti yang diungkapkan pak Zulfan.
nah steam turbine juga dibagi lagi menurut proses pemanfaatan uap untuk meningkatkan performa dan effisiensi total dari plant yaitu, reheat turbine, extraction turbine, dsb. proses teresbut (extraction) dilakukan untuk meningkatkan performa dan effisiensi dari plant dengan memanfaat uap yang telah diekstraksi dari turbin, dimana nantinya uap tersebut akan memanaskan feedwater sebagai pemanasan awal sebelum dilakukan proses boiling di boiler. untuk tekanan ekstraksi ini tergantung dari dimana ekstraksi itu diambil (pada high pressure turbine atau low pressure turbine). untuk pembangkit biasanya menggunakan condensing turbine dan untuk pabrik kertas biasanya menggunakan back pressure turbine seperti yang dijelaska pak zulfan.
Buku ini adalah kumpulan kisah pengalaman seorang pekerja lapangan di bidang Migas Ditujukan untuk kawan-kawan para pekerja lapangan dan para sarjana teknik yang baru bertugas sebagai Insinyur Proses di lapangan. Pengantar Penulis Saya masih teringat ketika lulus dari jurusan Teknik Kimia dan langsung berhadapan dengan dunia nyata (pabrik minyak dan gas) dan tergagap-gagap dalam menghadapi problem di lapangan yang menuntut persyaratan dari seorang insinyur proses dalam memahami suatu permasalahan dengan cepat, dan terkadang butuh kecerdikan – yang sanggup menjembatani antara teori pendidikan tinggi dan dunia nyata (=dunia kerja). Semakin lama bekerja di front line operation – dalam hal troubleshooting – semakin memperkaya kita dalam memahami permasalahan-permasalahan proses berikutnya. Menurut hemat saya, masalah-masalah troubleshooting proses di lapangan seringkali adalah masalah yang sederhana, namun terkadang menjadi ruwet karena tidak tahu harus dari mana memulainya. Hal tersebut
Comments
Post a Comment