5D Bend 45 deg
Barangkali bapak2 sekalian pernah ada pengalaman joining 5D Bend 45deg bend untuk dijadikan 5D Bend 90deg.
Apakah ada restriction dari standard code dan hal2 apa saja yang perlu diperhatikan apabila joining ini memungkinkan.
Tanya - Dadang Gandana
Sebelumnya minta maaf kalo case yang sama pernah diposting dimilist.
Barangkali bapak2 sekalian pernah ada pengalaman joining 5D Bend 45deg bend untuk dijadikan 5D Bend 90deg.
Apakah ada restriction dari standard code dan hal2 apa saja yang perlu diperhatikan apabila joining ini memungkinkan.
Tanggapan 1 - Lukman Hakim
Pak Dadang,
Setau saya induction bend tidak boleh ada girth welds (refer to ISO 15590-1). Please CMIIW...
Tanggapan 2 - MN. Rohman
Pak Lukman, yang tidak boleh butt weld sebelum bending.
Tanggapan 3 - Lukman Hakim
Pak Rahman,
Terima kasih atas koreksinya. Btw induction bend boleh di joining asalkan sebelum di bend itu refer kemana ya pak? Thanks
Tanggapan 4 - MN. Rohman
Pak Lukman,
Saya tidak pernah menjumpai larangan butt weld bend pipe to bend pipe, dalam prakteknya banyak sekali designnya seperti itu, yang penting kualitas bendingannya accepted... kalau bapak mau bending dengan induction sepertinya tidak perlu khawatir, biasanya ovalitynya bisa kurang dari 1% bila dengan induction.
Tapi untuk butt weld sebelum di bending (maksudnya butt weld di daerah bending, weldingnya akan kena tarik karena bending), beberapa standard dari beberapa manufacturer besar melarang itu dilakukan.
Tanggapan 5 - MN Rohman
Pak Dadang,
Yang perlu diperhatikan adalah biasanya ovalitynya berbeda sehingga butt weld misalignment bisa saja terjadi.
Tanggapan 6 - Yusuf Nugroho
Dapat diperhatikan pula tangent length bawaan dari pabrik bendingnya. Ada minimum length yang sebaiknya tdk dipotong habis.
Buku ini adalah kumpulan kisah pengalaman seorang pekerja lapangan di bidang Migas Ditujukan untuk kawan-kawan para pekerja lapangan dan para sarjana teknik yang baru bertugas sebagai Insinyur Proses di lapangan. Pengantar Penulis Saya masih teringat ketika lulus dari jurusan Teknik Kimia dan langsung berhadapan dengan dunia nyata (pabrik minyak dan gas) dan tergagap-gagap dalam menghadapi problem di lapangan yang menuntut persyaratan dari seorang insinyur proses dalam memahami suatu permasalahan dengan cepat, dan terkadang butuh kecerdikan – yang sanggup menjembatani antara teori pendidikan tinggi dan dunia nyata (=dunia kerja). Semakin lama bekerja di front line operation – dalam hal troubleshooting – semakin memperkaya kita dalam memahami permasalahan-permasalahan proses berikutnya. Menurut hemat saya, masalah-masalah troubleshooting proses di lapangan seringkali adalah masalah yang sederhana, namun terkadang menjadi ruwet karena tidak tahu harus dari mana memulainya. Hal tersebut
Comments
Post a Comment